First Chapter : The Story Has Just Begun
8 Juni 1994, Raleigh, Amerika Serikat.
Seorang wanita bernama Rining Sri Hastuti merasakan sakit yang amat sangat di perutnya. Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Suaminya, Setyo Dwi Utomo, langsung membawanya ke RS terdekat, Rex Hospital. Perasaan mereka berdua dihantui rasa cemas, sekaligus bahagia. Mungkinkah keluarga kecil mereka akan bertambah satu anggota? Tak henti mereka berdoa agar keduanya selamat, ibu dan anak di kandungannya.
Para perawat sibuk hilir mudik dalam membantu proses kelahiran. Tidak ada dokter, karena dokter baru akan datang saat sang ibu akan melahirkan. Perawatnya pun memegang tugasnya sendiri-sendiri. Mereka dengan profesional mengerjakan tugasnya. Sekitar pukul tiga sore, proses kelahiran benar-benar dimulai. Dr. Eric Deigan pun memulai tugasnya.
Bayi itu lahir pukul 03.58 sore. Perempuan! Segenap keluarga di perantauan itu berbahagia. Agam Ruslan Harimurti, si sulung, tak hentinya tersenyum mendapatkan adik kecil. Segera setelah lahir, dalam keadaan belepotan air ketuban, si bayi langsung diberikan breast-feeding, pemberian ASI pertama untuk mendapatkan kekebalan tubuh. Setelah itu, si bayi dibawa ke ruangan lain untuk dibersihkan.
Karena Ibu dan anak sama-sama sehat, maka mereka harus sudah meninggalkan RS setelah dua hari. Selama dua hari itu, ucapan selamat mengalir dari kolega Ayah sesama mahasiswa di North Carolina State University. Pun dari sesama orang Indonesia, dan keluarga yang jauh di Sragen, Jawa Tengah. Semuanya mengucapkan selamat atas lahirnya bayi sehat, yang kelak dinamakan Amy Darajati Utomo.
.:Sekilas tentang Nama:.
Ibu dan Ayah berdebat seru tentang nama apa yang seharusnya mereka berikan untuk si kecil.
“Amira! Amira aja, lebih bagus!” Ibu bersikukuh.
“Wis, to... just Amy...” Ayah tak kalah.
Waktunya sudah tiba untuk membuat akta kelahiran. Dan dimulailah “pertarungan” itu, yang dimenangkan oleh Ayah.
“So... What’s the baby’s name?” tanya perawat.
“Amy Darajati Utomo.”
Amy, dari bahasa Yunani, artinya cinta. Darajati artinya derajat, Utomo adalah nama belakang Ayah, yang berarti utama. Jadi harapan orangtua adalah, semoga bayi ini dicintai dan diutamakan derajatnya.
Masa Kecil: it’s all about cat and dog
Setelah dua tahun di Amerika, segenap keluarga kembali ke Sragen, Jawa Tengah, kampung halaman orang tua. Ayah berhasil menyelesaikan pendidikan S2-nya, dan akan kembali mengajar di Uniiversitas Lampung. Tapi Ibu harus mengurus surat kepindahan terlebih dahulu dari pekerjaannya di Sragen. Karena itu, selama tiga bulan, si kecil Amy diurus oleh nenek.
Amy kecil yang hanya berbekal kata ‘cat’ dan ‘dog’ hasil ‘pelajaran hidup’ nya di Amerika, belajar bahasa Jawa dengan cepat. Sragen yang masih kental budayanya memang menyediakan pelajaran ‘everytime bahasa jawa’, membuat amy kecil melupakan cat and dog dalam seminggu. Ia pun dengan gembiaranya bermain kesana kemari. Didukung dengan matahari Sragen yang menyengat, jadilah dia hitam manis dalam dua minggu.
Selebihnya, mungkin tentang dia yang rajin membaca majalah komik Paman Gober. Yang lain, mungkin akan terungkap nanti.
Masa TK: the birth of attention seeker
Amy masuk TK Al-Kautsar. Di sana ia mempertahankan kelincahannya. Ia pun sudah belajar mencari perhatian. Tiap pagi, dia selalu bersiap di depan gerbang sekolah untuk membawakan tas bu kepsek. Termasuk, menangis.
Pernah suatu hari ia terjatuh dengan hebat hinggu hidungnya berdarah. Sewajarnya anak kecil, ia menangis dengan keras dan bermanja pada wali kelasnya, Bu Wari. Menjadi tak wajar saat ia terus menangis atau pura-pura menangis saat Bu Wari hendak beranjak dan meninggalkannya untuk mengurus kelas.
Pada TK A semester dua, ia sudah bisa membaca koran dengan cara membatin. Orang tuanya pun selalu mengikutkannya ke les bahasa inggris. Ia pun belajar berkompetisi. Pernah, saat pelajaran menggambar kelas B3, ia melihat temannya Helen menggambar dengan cepat. Ia memperhatikan. Minggu berikutnya saat pelajaran menggambar, ia menantang dirinya untuk menggambar lebih cepat daripada Helen. Sayang dia lupa ia menang atau kalah.
Masa TK, memang merupakan salah satu masa yang indah.
Masa SD: when the pureness started to go
Dari kelas satu sampai enam, ia selalu di kelas G. Guru kelas 1 nya adalah Bu Heni dan Bu Ita.
Di kelas satu, ada beberapa pengalaman yan dia ingat. Satu, pengalaman mencontek pertamanya. Waktu itu, adalah ulangan agama. Semua murid mencoba menyelesaikan soal yang diberikan. Kemudian, ada seorang murid yang bertanya,”Bu maksud dari ini apa?” pertanyaan itu, sama saja dengan menanyakan jawaban soal, sehingga Bu Ita hanya menjawab,” Em... tak tahu ya..”
Si kecil Amy yang juga kebingungan, bersama temannya Dika membuka buku agama dan menemukan jawabannya. Dengan berani, mereka memberitahu Bu Ita jawabannya. Berharap dipuji, mereka malah diberi tatapan tak jelas. Sampai di rumah, baru Amy tahu kalau itulah yang disebut mencontek.
Di kelas satu itu, ia berhasil mendapat peringkat satu untuk pertama kalinya, bersama dengan temannya yang manis, Bunga. Tapi itu hanya untuk caturwulan satu. Selanjutnya, ia terus mendapat peringkat dua, hingga kelas tiga.
Di kelas dua wali kelasnya adalah Pak Nardi yang perlente. Kelas tiga, diajar oleh Bu Anna yang senantiasa meninggalkan kelas setelah memberikan tugas, membuat kami bebas bermain detelah selesai. Saat itu, aku bahagia sekali saat mendapat peringkat satu, karena itu merupakan kejutan yang manis.
Kelas empat oleh Pak Supriyo. Pak Prio identik dengan wangi bakso yang selalu mengiringinya. Maklum, ia juga berjualan bakso. Sayang Amy belum pernah mencicipinya. Tapi katanya sih enak. Di kelas empat, Amy berupaya keras untuk menghafal fakta-fakta sejarah agar bisa mengesankan Pak priyo. Ckck.
Di kelas lima, diajar Pak Yani. Di kelas ini, dia bertemu dengan Rofifah Dwi Putri, serta Tia Nurainina Heradila yang menjadi sahabat-sahabat pertamanya. Mereka juga memulai menulis diari bertiga yang isinya sama sekali tak penting.
Kelas enam, Pak Iswahyudi menjadi wali kelas kami. Amy sekelas lagi dengan Tia dan Ofi. Waktu itu, Ofi benar-benar menjadi sahabat bagi Amy. Amy yang belum begitu menyadari pentingnya sahabat, hanya setengah hati saat melayani telpon Ofi yang jarang absen. Setiap hari, ofi akan menelponnya dan mereka akan membicarakan banyak hal.
Ada satu peristiwa yang akan selalu diingat oleh Amy. Wkatu itu, diari Amy dan Ofi diambil oleh Pak Is. Amy yang berang, menuliskan di buku penghubung segala uneg-unegnya, yang memang ditulis dengan kemarahan. Caci maki pun mengalir, membuat Pak Is bergetar. Amy tak tahu harus bagaimana. Ia merasa amat menyesal. Bagaimanapun, ia telah mengatakan sesuatu yang buruk. Ia dapat memahami bagaimana perasaan gurunya itu. Masalah itu resminya sudah selesai hari itu juga. Tapi tentu saja tak benar-benar selesai. Ada bekas-bekas yang tak sembuh membayangi hubungan guru dan murid itu. Bahkan saat mereka bertemu lagi bertahun kemudian, Amy tetap merasakan perasaan yang campur aduk. Tapi, berkat Pak Is-lah Amy benar-benar menghargai profesi guru.
Dan saat perpisahan, ia didaulat menjadi speaker, wakil kelas 6. Dia membuat naskah pidatonya dengan sepenuh hati. Ia membuatnya sambil membayangkan wajah Pak Is yang tersiksa karena harus mengajar kelas 6G, membuat berat badannya menurun drastis. Pak Is langsung terlihat gemuk saat kami semua lulus. Berbahagialah, Pak Is...
Masa SMP: when she is everything she could be
Masa kelulusan SD bukan merupakan sesuatu yang menarik bagi Amy, bocah lugu yang penuh percaya diri. Ia selalu melangkah dengan kepala tegak, karena baginya, tak-ada yang tak bisa ia lakukan.
Saat ia dihadapkan pada pilihan sekolah mana yang akan ia pilih, ia dengan yakin menyebut kalau ia ingin sekolah di SMP negeri, bukan di Al-kautsar yang selama ini menjadi bagian dari kehidupannya. Ia ingin menjajaki dunia. Ia ingin mencicipi petualangan baru. Apalagi dengan kekacauan yang ia lakukan dengan Pak Is, tak ada yang ingin ia lakukan selain pergi jauh-jauh dari Al Kautsar.
Tapi ia sendiri mengakui, masa SD telah memberi banyak inspirasi.
SMP Negeri 2 Bandar Lampung ada di pilihan pertama. Sebenarnya ia tak terlalu mengerti. Mengapa harus SMP 2? Bukankah masih banyak sekolah lain? Tapi kata ibunya, sekolah inilah sekolah terbaik di Lampung.
Dan Amy pun berusaha mati-matian dan belajar. Ia ikut bimbingan belajar, belajar siang-malam, berdoa. Mulai saat itu pula kebiasaan solat lima waktunya tumbuh. Ia mulai mendapat paradigma kalau rajin solat itu bakal beruntung. Dan di tiap doa, dia tak lupa menyelipkan kalimat, ‘semoga aku masuk smp 2 ya Allah...’
Pagi itu adalah hari penting bagi beratus anak lulusan SD. Beratus keluarga bangun pagi untuk mendapatkan Radar Lampung pagi itu. Tujuannya satu, melihat daftar nama calon siswa baru. Amy tak bisa bangun sebelum jam 05.30, maka Ibunya lah yang sibuk meneliti koran itu. Dengan setengah sadar, amy bangun dan mencuci muka, lalu solat. Sementara itu, Ibu dengan khawatir dan was-was meneliti, hingga ia sampai pada kesimpulan: “Miii! Nama kamu gak ada!”
Amy yang baru selesai berdoa langsung bangkit dan mengambil koran dari tangan ibunya. “coba sini lihat...”
Setelah diteliti... “Ada kok bu!!! Nomor 20!”
“EH... masa? Tinggi amat peringkatnya?”
Seluruh keluarga mengucapkan syukur. Amy tak ingat apa lagi yang ia lakukan untuk menunggu waktu masuk sekolah. Satu kata, excited!
.:Begin:.
Satu kata juga untuk menggambarkan bangunan SMP 2. Kecil! Amy selalu mengira kalau SMP 2 mempunyai gedung tersembunyi di belakangnya. Oh tidak, kawan. SMP 2 amat kecil. Apalagi Amy baru saja bersekolah di Al-Kautsar yang luaaaas... Amy selalu menggeleng tak percaya. Kantinnya yang bisa diibaratkan seluas dua meja kantin Al-Kautsar, mencari orang pun seakan tinggal panggil saja.
Tapi Amy yang lugu akhirnya menjalani takdirnya dengan tenang.
.:A memoir to Arief Mandala Putra part 1:.
MOS MOS! Masa Orientasi Siswa dimulai. Amy dengan bersemangat memasuki gedung sekolah barunya. Mungkin karena didikan novel remaja, ia selalu membayangkan kalau ia akan memulai ‘kisah cinta’ yang indah. Ckck. Tapi tidak, ia menjelma menjadi anak baik yang suka dipuji.
Kelas Venus yang terdiri dari siswa berperingkat 1-42 tampak riuh pagi itu. Amy duduk sebangku dengan temannya dari kelas 6G, Belda. Kakak Panitia MOS yang mendampingi kami adalah Kak Arief, Kak Barli, dan Kak Rara.
Amy yang sudah terpengaruh novel remaja, menaruh perhatian pada Kak Arief. Satu kata yang menggambarkan Kak Arief: mencurigakan. Ia memiliki image lincah karena kecepatan kakinya, dan otaknya dalam berbicara. Ia seorang pembicara handal dan selalu di garis depan dalam membela SMP 2 di berbagai kejuaraan bahasa. Semua guru memujinya dan menganggapnya sebagai anak kesayangan. Ia adalah alasan pertama Amy memutuskan masuk English Club, selain karena memang dia merasa memiliki bakat untuk itu.
Seluruh peserta MOS diharuskan membuat surat cinta kepada panitia. Kepada siapa lagi ia mengirimkannya kalau bukan kak Arief? Dan dia dengan malu-malu menuliskan kata-katanya di atas selembar kertas. Amy mengira surat itu akan berakhir sampai situ saja, tapi tidak. Kak Arief dengan gampangnya menyebarkan isi suratnya ke seisi kelas. Amy mengira itu karena Kak Arief perhatian, tapi tidak, itu cuma karena kemampuan bahasa Kak Arief yang hebat.
Kak Arief melanjutkan sekolahnya ke SMA Taruna Nusantara, sekolah yang kelak dicita-citakan Amy.
.:Year One:.
Di tahun pertama kepada setiap siswa diberikan tiga pilihan: kelas billingual, kelas akselerasi, dan kelas reguler. Orang tua Amy mendorong Amy untuk mengikuti semua tes, baik reguler dan bilingual. Meski begitu, mereka memutuskan agar Amy ke kelas Bilingual saja.
Tes aksel dimulai. Amy menjalaninya dengan sikap nothing to lose. Tes IQ nya amat susah. Tes Matematika membuatnya sadar betapa buta kemampuan matematikanya.
Tes Bilingual tampak lebih mudah, tapi tetap membuat Amy menyesal karena menghabiskan waktu liburan dengan sia-sia.
.:Jeng,jeng, jeng...:.
Hari itu adalah Sabtu. Tanggal 30 September 2006.
Siswa urutan 1-24 memasuki kelas aksel-akselan, karena kapasitas kelas-kelas yang tidak mencukupi. Di sana, ia berkenalan dengan beberapa siswa lain, paling banyak dari SD Persit. Kami menghabiskan waktu yang menyenangkan karena guru-guru jarang masuk.
Sabtu itu ada pelajaran olahraga. Mereka mempelajari tradisi baru di SMP 2. Waktunya olahraga adalah waktunya jalan-jalan ke Brimob. Seperti yang telah diungkapkan di atas, SMP 2 itu kecil. Otomatis lapangannya juga kecil. Kami pun menuju lapangan Brimob dengan dikawal Pak Tris. Di tengah pelajaran, Kak Arief datang membawakan selembaran. Ia memanggil nama-nama dan membawa mereka kembali ke sekolah. Awalnya Amy tak mengetahui untuk apa mereka dipanggil. Ternyata, mereka adalah siswa yang masuk ke kalas Bilingual. Amy merasakan kesedihan. Kok bisa gak masuk ya? Pikirnya waktu itu.
Upacara penutupan MOS dimulai. Semua anak-baru-SMP dengan tertib menjalani upacara. Tiba di penghujung acara, daftar siswa yang masuk kelas akselerasi pun dibacakan. Nama Amy ada di urutan 14. Gimana nih? Pikirnya dengan cemas.
Jadilah pada hari Senin berikutnya orangtua Amy datang ke sekolah dan mengurus kepindahan Amy. Amy pun bertukar tempat dengan Fajar Rizki, temannya dari SD. Dan jadilah Amy menjadi siswa kelas bilingual. Suatu keputusan yang takkan pernah disesalinya.
.:LBG number FOUR:.
Amy mendapat nomor absen empat. Dia resmi menjadi siswa Bilingual. Amy sendiri kurang begitu ingat tentang masa-masa pertamanya di sekolah. Yang dia ingat semuanya terasa begitu mudah. Ia sangat bersemangat menjalani kehidupan sekolahnya.
Kelas 7-E merupakan Bilingual angkatan ketiga. Angkatan terakhir karena setelahnya akan diganti dengan kelas RSBI. Saat itu, para siswa mulai beradaptasi dengan kelas yang tiga tahun akan mereka tinggali. Amy agak terkejut dengan sistem yang berlaku di SMP. Lebih bebas, menurutnya. Guru yang berkesan saat itu adalah Bu Isnaini, guru fisika, dan Pak Dwi Warto, genius matematika. Bu Is dengan gaya mengajarnya yang tugas banyak-translate-ulangan, dan Pak Dwi yang... jenius. Pak Dwi adalah satu-satunya guru Bilingual dengan kemampuan bahasa inggris yang mumpuni, selain guru bahasa inggris, tentunya. Kelak, mereka akan mengetahui betapa kejujuran dapat begitu menyakitkan, dari Pak Dwi.
Alhamdulillah, Amy selalu mendapat peringkat 1 di kelas 7-nya. Ia aktif di English Club dan Pramuka, tempatnya belajar banyak hal tentang hidup. Ia mengikuti banyak kejuaraan. Piala pertama diraihnya di ajang Speech Pramuka Unila. Kemudian ia rajin mengikuti latihan PBB dan berkesempatan mengikuti Lomba PBB di PPI, dan mendapat juara 1, disertai pengalaman penuh drama.
.:penyebaran virus korea bagian satu:.
Amy mungkin sudah dikenal menjadi anak baik. Ketua OSIS, Peringkat satu kelas Bilingual. Apalagi yang mampu menyebabkan ia tak jadi anak baik? Tapi ada satu sisi yang perlahan merebut bagian hatinya, menghambatnya menjadi the real good girl, dan membuatnya menjadi penyebar virus. Korea.
Semua dimulai saat Amy tertarik mendengarkan radio Mandala 90.1 FM. Ia selalu mendengarkannya tiap malam, dan akhirnya ia menjadi tertarik. Ia tertarik kepada sebuah boyband Korea yang subhanallah gantengnya, dan kemampuan vokal serta tarian yang memukau. Dong Bang Shin Ki namanya.
Ia rela menghabiskan waktunya berjam-jam untuk surfing internet, mencari-cari segala hal tentang mereka. Semua demi DBSK. Hari-harinya takkan sama tanpa mendengar lagu DBSK. Ia pun sekuat tenaga mempengaruhi teman-temannya. Tapi karena keterbatasan tekhnologi, kampanye pertamanya tak begitu berhasil.
Kelas sembilan dimulai. Kepercayaan dirinya tak berkurang sedikitpun. Ia ingin cepat-cepat menyelesaikan masa kepemimpinannya di OSIS dan menjalani hidup dengan tenang. Ia merasa lelah menjabat saat ia merasa tak punya otoritas sama sekali. Acara terakhir yang diadakannya, tentu saja pemilihan ketua osis yang baru. Evita terpilih tanpa pemilu, karena waktu yang mendesak. Tentu saja, semua itu benar-benar memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Amy.
Sementara itu, misi terus dijalankan. DBSK perlahan mulai mendapat tempatnya di LBG. Kaum Adam merasa tak suka, bagi mereka DBSK hanyalah sekelompok kaum gay. Bahkan ada yang bilang DBSK adalah singkatan dari De Best Shit Korea. Kaum Hawa bervariasi. Ada yang biasa saja, sampai fanatik. Yap, Amy mulai mendapat teman. Bella dan Fania.
Tapi ada keraguan di hati yang mulai merasuk. Amy merasa bersalah, sekaligus tak suka. Dunia kecilnya yang biasanya hanya dihuni oleh dia sendiri, kini ia harus berbagi dengan orang lain. Ia merasa tersaingi. Mungkin karena itulah, ia mulai merenung. Ia merasa, mungkin ia sudah berlebihan dalam menyukai DBSK. Ia pun berencana unutk bertaubat. Tapi karena godaan setan, ia tak sanggup untuk benar-benar lepas.
Pertolongan Allah datang! Dengan caranya Allah membantu menyadarkan Amy. Bagaimana caranya?
.:Lagi-lagi Hari Sabtu:.
Hari Sabtu adalah harinya bagi rapot. Dari 5 kali bagi rapor selama tiga tahun, Amy membawa pulang tiga piala. Sedangkan yang lain, satu karena tidak ada pembagian rapor, satu lagi, karena ada kehendak Allah.
Sabtu itu sebenarnya sudah tersiar rumor bahwa Amy tak mendapat peringkat satu lagi. Tapi ia menolak untuk percaya. Yang ia percaya hanyalah fakta kalau harapan itu masih ada.
Harapan harusnya masih ada. Tapi bagi Amy hari itu, dunianya terasa berputar balik 180 derajat hingga ia merasa pusing. Namanya sama sekali tak disebutkan saat pengumuman peringkat. Awalnya ia tegar dan mengucapkan selamat pada Pipit, yang mendapat peringkat satu. Tapi akhirnya tangis itu pecah juga.
Ia menangis d belakang lab IPA. Menangis dan menangis sendirian. Jika ia mengingatnya kembali, ia pun merasa malu. Ia pikir ia sudah cukup tegar. Ternyata belum. Ia kalah oleh dirina sendiri, oleh kelemahannya, oleh sesuatu yang ia anggap normal. Tapi bukankah selalu ada hikmah di balik segala kejadian?
.:when time is the only cure:.
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tapi tidak menyesal sama sekali itu keterlaluan. Sepanjang liburan semester, Amy menghabiskan waktu dengan perasaan tak jelas. Ia merasa bagian hidupnya tercabut. Maklumlah, dia sudah menikmati titel peringkat satu selama bertahun-tahun hingga ia terbiasa. Dan ketika kebiasaan itu hilang, ia merasa aneh sekali.
Keanehan itu berdampak besar bagi kehidupannya. Ia bingung harus berbuat apa. Dan hebatnya, ia bahkan menumbuhkan kebiasaan baru; tidak mendengarkan lagu DBSK. Begitu sadar, ia sudah tidak bersentuhan dengan DBSK selama 4 hari. Sungguh sebuah rekor, saudara-saudara!
Kemudian rasa bersalah menghantui. Ia telah menginfeksi Bella dan Fania, dan merasa ingin bertanggung jawab. Ia menelpon Fania, memintanya agar bertobat juga, dan ingat solat sebelum melakukan ‘pemujaan’.
Hasilnya, banyak yang terkaget saat Amy mengumumkan pertaubatannya dari dunia persilatanper-DBSK-an. Kok bisa? Kok gitu? Masa sih? Ya begitulah. Ia melanjutkan hidupnya dengan tenang.
.:Surprise is NICE:.
Suatu pagi, saat Amy memutuskan untuk menghadap Bu Upi, guru TIK nya atas nilai rapornya yang anjlok. 65. bukan angka yang bagus untuk dipajang di rapor. Ia pun menghadap, bertanya kalau-kalau ada remedial. Tebak apa kata Bu Upi waktu itu?
“kok bisa 65 sih nak? Perasaan gak ada deh nilai 65...”
‘WHAT?!’ pikir Amy waktu itu.
Pada akhirnya nilai 65 itu diubah menjadi 85, dan diakhiri dengan kalimat simpel dan ringan tanpa tindak lanjut dari Bu Upi,”Gak papa ya nak... Salah ngetik...”
Nilai 65 itu adalah penyebab Amy kehilangan peringkat 1 nya. Dan karena nilai itu naik, otomatis peringkatnya terkatrol... menjadi peringkat 1. Benar-benar peringkat 1 yang istimewa.
Amy tak hentinya bersyukur pada Allah. Peringkat itu merupakan teguran dari Allah agar tak berlebihan atas sesuatu. Menyakitkan pada awalnya, tapi senyum di akhir ujianlah yang paling membahagiakan. Ia semakin meresapi bahwa Allah memperhatikannya, bahwa keajaiban itu ada, bahwa Allah, selalu ada.
.:A memoir to Arief Mandala Putra part 2:.
Hari kamis itu Amy menjalani kehidupan kelas 9 nya seperti biasa. Hingga tepat jam delapan malam, sebuah sms yang benar-benar mengejutkan datang. Kak Arief meninggal.
Keesokan harinya, SMP 2 seperti diselimuti awan hitam. Seakan gedung kecil itu sendiri ikut berduka atas meninggalnya Kak Arief. Pengajian hari itu bahkan dikhususkan untuk Kak Arief. Pelajaran hari itu dilalui dengan membicarakan Kak Arief dengan guru-guru yang sangat terkesan padanya. Semua orang memiliki kesan yang baik tentangnya.
Kak arief dikabarkan meninggal karena suatu virus, yang menambah beban pada tubuhnya yang memang lemah. Pemakaman Kak Arief adalah pemakaman pertama yang pernah Amy kunjungi. Kehilangan adalah perasaan yang menyakitkan. Ia menyaksikan sendiri betapa kak Arief adalah seseorang yang sangat disayangi. Tak kurang dari kepsek TN mengantarkan jenazahnya jauh-jauh dari Magelang. Di atas itu semua, jenazah Kak Arief yang wangi selalu mengingatkan Amy akan pertanyaan, akhir apakah yang akan ia buat? Akankah dia diantar oleh begitu banyak orang? Adakah orang yang merasa kehilangan saat dia pergi?
.:LBG, the (hopefully) everlasting friends:.
Ujian Nasional yang semakin mendekat membuat LBG menjadi agak lebih serius. Reputasi mereka di mata guru yang ‘pinter-sih-tapi-kelakuannya-itu-lho...’ membekas hingga mereka lulus. Persahabatan mereka mengental di kelas sembilan, setelah semuanya merasa dekat dan mengetahui borok masing-masing. Banyak masalah yang terjadi, dan tentu saja terdapat berbagai kutub-kutub. Tapi semuanya selalu bersatu saat ada sesuatu yang terjadi.
LBG. Kenangan tentangnya terasa kabur bagi Amy setelah beberapa bulan di SMA. Tapi yang selalu membekas, tentu saja kekompakan dan kebahagiaan saat berkumpul bersama. Semoga, Amy berdoa, kita tetap kompak selalu.
LBG members are...
1. Agitha Swandaru Rastaputra
2. Almira Pamela Qifta
3. Amelia Anggraini Bakrie
4. Amy Darajati Utomo
5. Andoni Fornio Barusman
6. Armando Wilson Ganda Mulia Purba
7. Artha Tiara
8. Augita Putri Rodiastuty
9. Bella Fairuz Rianda
10. Dani Prihat Bren
11. Deni Saputra
12. Dea Puji Kusuma Dewi
13. Diva Davita
14. Fajar Kurnia Pratomo
15. Faniawanti Puspa Seruni
16. Fariz Darmawan
17. Faulizar Roudatul Jannah
18. Fina Devalentia Daud
19. Gilang Persada Sebhayang
20. Givana Sandita
21. Hanum Salsabila
22. Inna Rahmania Anindita
23. Kevin Yusran Azizi Nasution
24. Kharisma Muhammad Husen
25. Libero Tribuana
26. Muhammad Ghufrani Faza
27. Muhammad Zahid Fakhri
28. Martina Faika
29. Mila Fitriani
30. Mubarika Sekarsari Yusuf
31. Muthia Khairunnisa Hapsari
32. Nedya Rizki Putri
33. Nurika Murbarani
34. Pandu Farchan Jannata
35. Perwira Fatria Jaya
36. Rizkania amaranggana Yusuf
37. Rizky Agusman Ekananda
38. Rizky Akbar Kurniadi
39. Rossadea Atziza
40. Triadi Wiryadinata
41. Yusuf Afif Sinathryo
Masa SMA~ A whole new world and journey~
Masuk SMA merupakan langkah baru bagi Amy. Amy berhasil masuk ke SMAN 2 Bandar Lampung lewat jalur prestasi sehingga dia menghabiskan liburannya dengan sukacita tanpa belajar sama sekali. Meskipun dia merasa kecewa tak berhasil masuk ke SMA Taruna Nusantara—dengan alasan yang sangat menyesakkan hati—tapi ia tetap menatap masa depannya dengan senyuman.
Seperti SMP, tentu saja ada Masa Orientasi Siswa. Untuk kedua kalinya, Amy mendapat Kak Rara sebagai Penanggung Jawab kelasnya. Di kelasnya berkumpul banyak orang yang belum pernah dia temui sebelumnya. Banyak yang berasal dari luar kota, pun dari SMPN 2, termasuk anggota LBG.
Di kelas MOS-1atau yang sering disebut dengan Superman, Amy mendapat PJ Kak Aldo, Kak Ochan, dan tentu saja Kak Rara. Amy mendapat banyak pelatihan yang kurang efektif dengan struktur ruangan yang tak mendukung. Ia berkenalan dengan banyak orang baru.
Saat dibagi menjadi kelas-kelas baru, Amy masuk kelas X-1. Ia merasa beruntung bisa masuk kelas itu, karena suasana kompetisi yang ada. Sayangnya, ia kurang serius dalam belajar, sehingga ia tertinggal dibandingkan dengan teman-temannya. Dia harus melakukan banyak remidial untuk ulangannya.
Dia merasakan banyak dilema dengan dirinya sendiri. Semua hal yang biasanya menjadi sesuatu yang biasa baginya, perlahan meninggalkannya. Dan kini, dia hanya bisa berharap dan berusaha untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
.:Penyebaran virus Korea part 2:.
Sepertinya adiksi Amy terhadap Korea takkan pernah usai. Ia sekarang mengalihkan waktunya ke boyband lain bernama BIG BANG. Dengan fasilitas speedy 50 jam yang didapatkannya, ia secara membabibuta mendownload hingga menghabiskan 30 giga.
Tak hanya itu, ia pun menularkan virus itu ke teman-temannya di kelas. Walhasil, teman-temannya banyak yang mengikuti ‘aliran’ itu. Tentu saja yang cewek, yang cowok menentang dengan semangat.
Dan tentu saja ada satu istilah yang tak boleh dilupakan di masa SMA. TERRORIST, ten rsbi one are exist. Semoga sepuluh satu tetap kompak selalu ya...
And... –Sebuah Penutup-
Banyak kenangan yang terjadi di kehidupan ini, yang membuat Amy selalu merasa bahagia dalam menjalani hari-hari. Seperti roda kehidupan ini berputar, tapi akan ada saat roda itu berhenti selamanya.
Penulis sekali lagi mengucapkan banyak rasa syukurnya kepada Allah swt, karena kehidupan yang telah diberikan. Mungkin saat ini Penulis sedang berada di salah satu ujian hidupnya. Tapi ia tahu bahwa selalu ada harapan di ujung jalan.
Harapannya saat ini adalah untuk masuk kelas XI IPA 1. Semoga saja jika suatu saat ia membaca biografi ini, ia sudah berhasil memenuhi harapannya itu. Jika tidak, semoga ia tetap tegar dan menyongsong masa depannya, tetap dengan senyuman.
Sekali lagi, mengutip sebuah puisi, ‘perjalanan masih panjang’. Amy berharap dapat meraih semua mimpinya; keliling dunia, liburan gratis ke Korea Selatan, masuk UI Sastra Inggris, jadi orang kaya, dan masuk surga. Pembaca sekalian, doakan ya...
0 komentar:
Posting Komentar